Untuk mendeteksi masa subur bisa dilakukan dari berbagai cara, yang paling sederhana adalah dengan sistem kalender. Anda juga bisa mendeteksi masa subur dengan alat penguji kesuburan menggunakan media air seni.
1. Sistem Kalender
Metode ini memiliki efektivitas yang tergolong rendah, yaitu cuma sekitar 60-70 persen. Sebab, harus dihitung secara manual, hingga perlu kecermatan dan ketelitian. Yakni, hari haid terakhir ditambah 13 untuk menentukan hari subur, sedangkan saat prasubur dihitung dengan mengurangi dan menambahkan masing-masing 3 hari.
Jadi, misalkan haid terakhir tanggal 7, maka saat ovulasinya adalah tanggal 20 (7+13). Sedangkan saat-saat prasuburnya antara tanggal 17 ( 7+13-3) sampai tanggal 23 (7+13+3).
Kendalanya,perhitungan ini cuma cocok buat mereka yang siklus menstruasinya teratur antara 28-35 hari. Sedangkan yang siklus menstruasinya kacau/tidak teratur, sulit menerapkan sistem ini.Sistem kalender ini pun tak bisa diandalkan untuk mencegah kehamilan.
Soalnya, pengeluaran sel telur dapat bergeser harinya, terutama bila ada gangguan emosi. Belum lagi pola hidup, semisal kebiasaan merokok dan asupan gizi buruk yang berpengaruh pada produksi hormon pengatur kelenjar endokrin.
Selain itu, saat-saat tepat kapan sel telur keluar hanya berdasarkan perkiraan saja. Paling tidak, dibutuhkan kecermatan mencatat minimal 6 kali siklus haid. Saat keluarnya sel telur diperkirakan dengan mengurangi 3 hari pada siklus terpendek dan menambahkan 3 hari pada siklus terpanjang.
Dari catatan itulah bisa diketahui saat-saat yang aman dan saat mana pula yang dianggap "berbahaya".
2. Media Air Seni
Sepintas alat tes kesuburan dari berbagai merk ini mirip dengan penguji kehamilan. Cara pakainyapun sederhana, cukup dengan meneteskan air seni. Setelah menunggu beberapa saat, air seni dari wanita yang sedang subur akan menunjukkan perubahan berarti yang bisa dibedakan dari saat-saat tak subur. Hasil itulah yang kemudian bisa jadi rambu, kapan boleh berintim-intim dan kapan sebaiknya menghindari hubungan suami-istri jika memang tak menghendaki kehamilan.
Efektivitasnya cukup tinggi, sekitar 90-95 persen. Sayangnya, alat jenis ini hanya dimungkinkan untuk sekali pakai, lantas dibuang, hingga relatif mahal.
Sumber : NAKITA
1. Sistem Kalender
Metode ini memiliki efektivitas yang tergolong rendah, yaitu cuma sekitar 60-70 persen. Sebab, harus dihitung secara manual, hingga perlu kecermatan dan ketelitian. Yakni, hari haid terakhir ditambah 13 untuk menentukan hari subur, sedangkan saat prasubur dihitung dengan mengurangi dan menambahkan masing-masing 3 hari.
Jadi, misalkan haid terakhir tanggal 7, maka saat ovulasinya adalah tanggal 20 (7+13). Sedangkan saat-saat prasuburnya antara tanggal 17 ( 7+13-3) sampai tanggal 23 (7+13+3).
Kendalanya,perhitungan ini cuma cocok buat mereka yang siklus menstruasinya teratur antara 28-35 hari. Sedangkan yang siklus menstruasinya kacau/tidak teratur, sulit menerapkan sistem ini.Sistem kalender ini pun tak bisa diandalkan untuk mencegah kehamilan.
Soalnya, pengeluaran sel telur dapat bergeser harinya, terutama bila ada gangguan emosi. Belum lagi pola hidup, semisal kebiasaan merokok dan asupan gizi buruk yang berpengaruh pada produksi hormon pengatur kelenjar endokrin.
Selain itu, saat-saat tepat kapan sel telur keluar hanya berdasarkan perkiraan saja. Paling tidak, dibutuhkan kecermatan mencatat minimal 6 kali siklus haid. Saat keluarnya sel telur diperkirakan dengan mengurangi 3 hari pada siklus terpendek dan menambahkan 3 hari pada siklus terpanjang.
Dari catatan itulah bisa diketahui saat-saat yang aman dan saat mana pula yang dianggap "berbahaya".
2. Media Air Seni
Sepintas alat tes kesuburan dari berbagai merk ini mirip dengan penguji kehamilan. Cara pakainyapun sederhana, cukup dengan meneteskan air seni. Setelah menunggu beberapa saat, air seni dari wanita yang sedang subur akan menunjukkan perubahan berarti yang bisa dibedakan dari saat-saat tak subur. Hasil itulah yang kemudian bisa jadi rambu, kapan boleh berintim-intim dan kapan sebaiknya menghindari hubungan suami-istri jika memang tak menghendaki kehamilan.
Efektivitasnya cukup tinggi, sekitar 90-95 persen. Sayangnya, alat jenis ini hanya dimungkinkan untuk sekali pakai, lantas dibuang, hingga relatif mahal.
Sumber : NAKITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar